Wisata seks wanita
From Wikipedia, the free encyclopedia
Wisata seks wanita adalah wisata seks yang dilakukan oleh perempuan yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk melakukan aktivitas seksual dengan satu atau lebih penduduk lokal, biasanya pekerja seks laki-laki (gigolo). Wisatawan seks wanita mungkin mencari aspek hubungan seksual yang biasanya tidak ditemui dalam wisata seks pria, seperti romansa dan keintiman yang dirasakan.[2] Wanita yang identik dengan stereotipe ini biasanya wanita yang kaya raya, lajang, dan wanita kulit putih paruh baya. Merkea merencanakan liburan mereka untuk memiliki romansa dan seks dengan pasangan yang mengerti bagaimana membuat mereka merasa istimewa dan memberi mereka perhatian.[3][4][5] Wisata seks wanita secara signifikan lebih rendah daripada wisata seks laki-laki.[6]
Wisata seks wanita ditemui di berbagai wilayah di dunia. Demografi wisata seks wanita bervariasi menurut tujuan, tetapi secara umum wisatawan seks wanita biasanya diklasifikasikan sebagai wanita dari negara maju, yang melakukan perjalanan ke negara-negara kurang berkembang demi mencari romansa atau penjaja seksual.[7]
Wisatawan seks wanita dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:
- Wisatawan seks tradisional, yang memiliki karakteristik dan motif yang sama dengan wisatawan seks pria.[7]
- Wisatawan seks situasional, yang tidak dengan sengaja menempatkan diri mereka menjadi wisatawan seks, tetapi menemukan diri mereka terlibat dalam perjumpaan seksual dengan pria lokal. Wisatawan seks situasional biasanya merupakan pebisnis wanita, pelajar, wanita yang mengikuti konferensi di luar negeri atau wanita lain yang memiliki agenda non-seksual berbeda.[2]
- Wisatawan seks romantis, yang berencana untuk memenuhi perjalanan mereka dengan pengalaman romantis yang tidak dapat mereka alami di negara asalnya.[8]
Dengan perpindahan populasi yang berbeda ke negara yang berbeda, masalah kesehatan meningkat, terutama penyakit yang melibatkan infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS. Beberapa wanita yang terlibat dalam wisata seks tidak menggunakan alat kontrasepsi penghalang selama sebagian besar kunjungan mereka, menyebabkan mereka dan pria yang berhubungan seks dengan mereka rentan terhadap IMS.[9]