Penyerbuan Gedung Kapitol 2021
From Wikipedia, the free encyclopedia
Pada 6 Januari 2021, pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerbu Gedung Kapitol. Peristiwa ini mengganggu sesi bersama Kongres ketika suara dari Kolese Elektoral akan disahkan dengan menegaskan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan umum presiden 2020. Peristiwa ini meneruskan banyak upaya gagal oleh Donald dan pendukungnya untuk membatalkan hasil pemilihan umum.
Artikel ini perlu diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Artikel ini ditulis atau diterjemahkan secara buruk dari Wikipedia bahasa Inggris. Jika halaman ini ditujukan untuk komunitas bahasa Inggris, halaman itu harus dikontribusikan ke Wikipedia bahasa Inggris. Lihat daftar bahasa Wikipedia. Artikel yang tidak diterjemahkan dapat dihapus secara cepat sesuai kriteria A2. Jika Anda ingin memeriksa artikel ini, Anda boleh menggunakan mesin penerjemah. Namun ingat, mohon tidak menyalin hasil terjemahan tersebut ke artikel, karena umumnya merupakan terjemahan berkualitas rendah. |
Penyerbuan Gedung Kapitol 2021 | |||
---|---|---|---|
Bagian dari Unjuk rasa pemilihan umum Amerika Serikat 2020–2021 dan upaya membatalkan pemilihan umum Presiden Amerika Serikat 2020 | |||
Tanggal | 6 Januari 2021 (2021-01-06) | ||
Lokasi | Gedung Kapitol, Washington, D.C. 38°53′23.3″N 77°00′32.6″W | ||
Sebab | Penentangan terhadap penghitungan suara pemilihan umum Presiden Amerika Serikat 2020 oleh kolese elektoral | ||
Hasil |
| ||
Jumlah korban | |||
Pada 5-6 Januari, ribuan pendukung Donald berkumpul di Washington, D.C. untuk memprotes hasil pemilihan umum, yang diklaim Trump sebagai sasaran kecurangan pemilihan umum. Trump, pendukungnya, dan sekutunya menuntut Wakil Presiden Mike Pence dan Kongres membatalkan kemenangan Biden.[10][11][12] Pada pagi 6 Januari, pengunjuk rasa berkumpul di unjuk rasa "Save America"[13][14] di The Ellipse, tempat Presiden Donald berikut anaknya Donald Trump Jr. dan Rudy Giuliani berpidato. Donald mendorong pendukungnya untuk "berjuang mati-matian" ke "untuk merebut kembali negara" dan meminta pendukungnya untuk berpawai ke Gedung Kapitol.[15][16] Rudy meminta mereka untuk terlibat dalam "pengadilan lewat pertarungan",[17] dan Trump Jr. menggunakan bahasa serupa untuk menganjurkan "pengadilan lewat pertarungan" setelah sang ayah kalah dalam pemilihan.[18]
Unjuk rasa berujung kepada kerusuhan, ketika Gedung Kapitol diserbu oleh pendukung Donald.[19] Kongres sedang mengadakan sesi pada saat itu, di mana anggota kongres menjalankan proses sertifikasi hasil dari kolese elektoral serta memperdebatkannya. Ketika para pengunjuk rasa tiba, petugas keamanan Gedung Kapitol mengevakuasi ruang Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat serta mengunci beberapa bangunan lain di kampus Gedung Kapitol. Para pengunjuk rasa menerobos keamanan untuk memasuki Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, menempati ruang Senat yang dievakuasi sementara penjaga mengeluarkan pistol untuk mencegah masuk ke lantai Dewan Perwakilan Rakyat yang dievakuasi.[20][21][22][23][24] Beberapa bangunan Kompleks Gedung Kapitol dievakuasi dan semua bangunan di kompleks kemudian ditutup.[25]
Seorang penyusup bernama Ashli Babbitt ditembak oleh petugas keamanan semasa kebuntuan di luar ruangan Dewan Perwakilan Rakyat dan kemudian tewas karena luka-luka,[26][27][28] sementara tiga orang lainnya meninggal akibat keadaan darurat medis sepanjang hari.[29][30] Tiga alat peledak rakitan dilaporkan telah ditemukan, masing-masing di halaman Gedung Kapitol, kantor Komite Nasional Partai Republik dan Komite Nasional Partai Demokrat.[31][29]
Trump tidak melakuan apa-apa untuk menghentikan kerusuhan yang telah terjadi. Semula ia enggan menginstruksikan pasukan keamanan D.C. untuk mengendalikan massa, lalu meminta pengunjuk rasa "pulang ke rumah dengan damai" melalui akun Twitter-nya, namun di saat yang sama juga memuji pengunjuk rasa sebagai "patriot yang hebat" dan sambil mengulang kembali klaim palsunya bahwa pemilihan umum telah dicuri.[32][33] Akibatnya, Twitter mengunci sementara akun Donald dan menghapus tiga cuitannya karena melanggar peraturan dan kebijakan Twitter; dan setelah mencuit kembali kalimat yang dianggap sebagai penghasutan, dua hari kemudian Twitter memblokir akunnya secara permanen sampai dipulihkan setelah Elon Musk mengakuisisi Twitter dan Trump memilih Truth Social. Sementara itu, Facebook melarangnya tanpa batas waktu setelah awalnya mengambil tindakan sementara yang serupa.[34][35][36] Massa dibubarkan dari Gedung Kapitol malam itu. Proses pengesahan hasil pengitungan kolese elektoral dilanjutkan segera setelah jam 20.00 dan berlangsung hingga keesokan paginya.
Kerusuhan dan penyerangan Gedung Kapitol digambarkan sebagai pemberontakan, penghasutan, dan terorisme dalam negeri.[37][38][39][40][41][42] Beberapa media menyebut tindakan tersebut sebagai percobaan kudeta oleh Donald.[43][44][45][46][47] Peristiwa ini adalah kali pertama Gedung Kapitol diserbu sejak Pembakaran Washington oleh Britania semasa Perang 1812.[48][49]