Kutukan masa jabatan kedua
From Wikipedia, the free encyclopedia
Kutukan masa jabatan kedua adalah sebuah anggapan bahwa masa jabatan kedua Presiden Amerika Serikat tidak sesukses masa jabatan pertama mereka.[1][2]
Menurut "kutukan" tersebut, masa jabatan kedua presiden AS biasanya diwarnai skandal besar, kebijakan gagal, musibah, atau masalah lainnya.[3][4][5] Dua puluh satu presiden AS menjabat selama dua periode[6] dan semuanya menghadapi kesulitan yang dikaitkan dengan kutukan ini. Konon, gara-gara Franklin D. Roosevelt melanggar batas periode de facto dengan memutuskan maju untuk periode ketiga dan keempat, arwah George Washington mengutuk semua presiden selanjutnya yang menjabat dua periode.[4][5] Namun demikian, beberapa presiden yang menjabat sebelum Roosevelt, termasuk Washington sendiri, juga mengalami kutukan ini.[2]
Benar tidaknya anggapan tersebut masih dipersoalkan. Misalnya, setelah menganalisis persentase dukungan publik dari era Harry S. Truman sampai Barack Obama, pakar statistik politik Nate Silver menemukan bahwa dukungan publik rata-rata lebih rendah pada periode kedua, tetapi ia juga menemukan alasan-alasan lain yang menjelaskan perubahan dukungan tersebut. Ia menyimpulkan, "kutukan masa jabatan kedua itu konsep analisis yang lemah".[7] Selain itu, penulis politik Michael Barone menyebutkan ada beberapa presiden yang sukses di periode kedua. Menurutnya, "masa jabatan kedua yang bermasalah biasanya disebabkan karena gagal menyesuaikan diri dengan perubahan keadaan dan tantangan zaman".[2] Sebaliknya, artikel The Economist tahun 2013 menyatakan bahwa kutukan masa jabatan kedua didukung oleh data. Menurut artikel tersebut, semua presiden sejak awal era Theodore Roosevelt sampai akhir era George W. Bush mengalami kelesuan ekonomi pada periode kedua, kecuali era Truman, Ronald Reagan, dan Bill Clinton.[8]