Edward Said
Profesor sastra dan cendekiawan / From Wikipedia, the free encyclopedia
Edward Wadie Said (bahasa Arab: إدوارد وديع سعيد, Idwārd Wadīʿ Saʿīd; pengucapan bahasa Arab: [wædiːʕ sæʕiːd]; 1 November 1935 – 24 September 2003) adalah seorang akademisi, kritikus sastra, dan aktivis politik Palestina-Amerika.[3] Ia merupakan profesor sastra di Universitas Columbia dan termasuk salah satu pendiri bidang studi pascakolonial.[4] Ia lahir di Mandat Britania atas Palestina dan merupakan warga negara Amerika Serikat keturunan Palestina; ayahnya adalah seorang veteran Angkatan Darat AS.
Edward Said | |
---|---|
Lahir | Edward Wadie Said (1935-11-01)1 November 1935 Jerusalem, Mandat Britania atas Palestina (sekarang Israel / Palestina) |
Meninggal | 24 September 2003(2003-09-24) (umur 67) New York City, New York State, Amerika Serikat |
Pendidikan |
|
Suami/istri | Mariam C. Said |
Anak | Najla Said Wadie Said |
Era | Filsafat abad ke-20 |
Kawasan | Filsafat barat |
Aliran | |
Gagasan penting | |
Meskipun ia dididik dalam sistem pendidikan Barat di sekolah-sekolah berbahasa Inggris dan di Amerika, Said dapat menerapkan pendidikan dan perspektif antar kultural untuk menjelaskan kesenjangan pemahaman budaya dan politik antara dunia Barat dan dunia Timur, khususnya berkenaan dengan konflik Israel-Palestina di Timur Tengah. Para pemikir yang mempunyai pengaruh besar terhadap dirinya antara lain Antonio Gramsci, Frantz Fanon, Aimé Césaire, Michel Foucault, dan Theodor Adorno.[5]
Said menjadi terkenal karena karyanya, Orientalism, yang terbit pada 1978. Dalam buku ini, Said menganalisis dan mengkritik aspek-aspek budaya yang menjadi dasar Orientalisme — bagaimana dunia Barat memandang dunia Timur.[6][7][8][9] Model analisis tekstual Said mentransformasi diskursus akademik dalam teori sastra, kritik sastra, dan kajian Timur Tengah — bagaimana akademisi mengkaji, mendeskripsikan, dan mendefinisikan budaya yang dipelajari.[10][11] Sebagai sebuah teks yang fondasional, Orientalism menimbulkan kontroversi di kalangan sarjana studi Oriental, filsafat, dan sastra.[5][12]
Selain menjadi seorang intelektual publik, Said juga merupakan anggota Dewan Nasional Palestina yang kontroversial karena kritik publiknya terhadap Israel dan negara-negara Arab, khususnya berkaitan dengan kebijakan politik dan budaya rezim negara-negara Muslim yang bertindak bertentangan dengan kepentingan nasional rakyatnya.[13][14] Said mengadvokasi pembentukan negara Palestina untuk menjamin kesetaraan dan hak asasi manusia bagi warga Palestina di Israel, termasuk hak untuk kembali ke tanah air mereka. Ia mendefinisikan oposisinya terhadap status quo sebagai tugas intelektual publik yang harus "menyaring, menilai, mengkritik, memilih, sehingga pilihan dan kapasitas kembali ke individu" pria dan wanita.
Pada tahun 1999, konduktor musik Daniel Barenboim dan Said mendirikan West–Eastern Divan Orchestra yang berbasis di Sevilla. Said juga merupakan seorang pianis yang ulung. Bersama Barenboim, ia ikut menulis buku Parallels and Paradoxes: Explorations in Music and Society (2002), sebuah kompilasi percakapan dan diskusi publik mereka tentang musik yang diadakan di Carnegie Hall, New York.[15]