- 31 Agustus 2014
- 28 Agustus 2014
- 27 Agustus 2014
- 26 Agustus 2014
- "Eksportir dan petani Indonesia menolak penetapan pajak 10 persen terhadap hasil dan produk pertanian pasca pembatalan Peraturan Presiden Nomor 31/2007. Hal ini akan menyebabkan produk pertanian Indonesia menjadi tidak kompetitif di pasar Internasional dan dapat menurunkan pendapatan petani. Pengurusan pajak juga dapat menambah waktu proses bongkar muat di pelabuhan. Eksportir berpendapat penetapan pajak sebaiknya ditetapkan pada bahan baku, bukan pada produk hasil pengolahan sehingga pengolahan hasil pertanian di dalam negeri meningkat." (Liputan 6) (Medan Business Daily)
- 25 Agustus 2014
- "Kementerian Pertanian India memulai pembangunan taman saffron di Pampore, distrik Pulwama, negara bagian Jammu dan Kashmir. Saffron merupakan komoditas andalan negara bagian tersebut, dan serikat petani saffron mendukung pembangunan taman tersebut. Pembangunan taman diikuti dengan pengembangan budi daya dan pengolahan saffron ke tingkat yang lebih tinggi, dengan mengutamakan mekanisasi untuk menggantikan tenaga manusia sehingga produktivitas menjadi lebih baik." (Business Standard) (Kashmir Reader)
- 20 Agustus 2014
- "Kamboja telah selesai melaksanakan sensus pertanian yang pertama di negaranya dan mendapatkan bahwa terdapat 1.9 juta rumah tangga dengan 8.5 juta jiwa (54% dari total populasi) yang menggantungkan hidupnya di pertanian. Selain itu, didapatkan data total luas lahan pertanian mencapai 3.1 juta hektar, populasi sapi 2.7 juta ekor, babi 1.5 juta ekor, kambing 18 ribu ekor, dan unggas (ayam dan bebek) 33 juta ekor. Data ini akan menjadi dasar perencanaan pembangunan dan pembuatan kebijakan demi peningkatan di sektor yang menyumbang 31.6 persen GDP ini. Sensus ini terlaksana dengan kerjasama pemerintah Kamboja bersama FAO, SIDA, dan USAID." (Phnom Penh Post) (Shanghai Daily)
- 19 Agustus 2014
- "Peneliti dari Virginia Tech menemukan bentuk komunikasi dua arah yang baru antar spesies tumbuhan yang berbeda, berbasis transfer RNA. Penelitian ini menggunakan tumbuhan parasit Cuscuta pentagona dan tumbuhan inang Arabidopsis dan tomat. Selama menghisap nutrisi dari tumbuhan inang, tumbuhan parasit mentransfer sejumlah kode genetik yang signifikan dan sebaliknya, dan menyediakan informasi genetik yang belum pernah ada pada generasi tumbuhan terkait sebelumnya. Penemuan ini bermanfaat untuk mencari cara dalam mengendalikan hama dan gulma secara langsung dari manipulasi kode genetik tanaman pertanian." (Guardian Liberty Voice) (Antara)
- "Menurut laporan Badan Kerja Sama Norwegia, lembaga donatur terbesar perlindungan hutan di Indonesia, pergantian pemerintahan di Indonesia mampu memiliki kelemahan dalam penerapan hukum yang dapat memperlemah perlindungan hutan di Indonesia dan dapat memperluas perkebunan kelapa sawit. Saat ini tingkat emisi relatif dan laju deforestasi di Indonesia sudah melebihi Brazil." (Deutsche Welle) (VOA Indonesia)
- 18 Agustus 2014
- "Dicabutnya Peraturan Pemerintah nomor 31 tahun 2007 dapat menyebabkan beberapa komoditas pertanian terkena Pajak Pertambahan Nilai yang mampu menghambat hilirisasi produk dalam negeri. Hal ini akan menyebabkan ekspor bahan mentah meningkat dan pengolahan hasil pertanian di dalam negeri berkurang. Komoditas yang paling disorot yaitu kopi dan coklat. Produk lainnya yaitu kelapa sawit, biji mete, lada, biji pala, buah pala, bunga pala, bunga cengkeh, tangkai/daun cengkeh, getah karet, daun teh, daun tembakau, biji tanaman perkebunan, pisang, jeruk, mangga, salak, nanas, manggis, dan durian." (Tempo) (Liputan 6)
- "Uni Eropa kemungkinan akan menyuntikkan dana 125 juta Euro untuk menyelamatkan sektor pertaniannya. Komoditas ini terpukul oleh larangan impor komoditas pertanian oleh Rusia dari negara-negara yang menerapkan sanksi kepadanya. Penyuntikkan dana akan berlangsung hingga akhir November. Komoditas yang akan diselamatkan diantaranya tomat, kembang kol, jamur, anggur, mentimun, dan produk lainnya yang sedang panen musim gugur ini." (The Moscow Times) (Reuters)
- 17 Agustus 2014
- 16 Agustus 2014
- "Penelitian yang dilakukan Tufts University menemukan bahwa orang dewasa di 181 negara mengkonsumsi rata-rata 3,95 gr natrium per hari, jauh di atas rekomendasi WHO, yaitu 2 gram per hari. Natrium didapatkan dari berbagai sumber, namun dua yang paling utama adalah garam (natrium klorida) dan mononatrium glutamat yang merupakan bahan penyedap rasa. Kelebihan konsumsi memiliki berbagai dampak kesehatan, diantaranya adalah penyakit jantung. Kenya merupakan konsumen garam terendah per kapitanya, dan kemungkinan terkait dengan data bahwa jumlah kematian akibat penyakit jantung di Kenya juga merupakan yang terendah." (Republika) (VOA Indonesia)
- 15 Agustus 2014
- 14 Agustus 2014
- "PT Perkebunan Nusantara X Sidoarjo, Jawa Timur, memanfaatkan ampas tebu untuk membangkitkan listrik dengan metode cogeneration dengan boiler bertekanan tinggi. Listrik yang dihasilkan berkisar 220-240 kWh per satu ton ampas. Listrik bisa dimanfaatkan untuk seluruh peralatan pabrik karena sebagian sudah dikonversi sehingga bisa menggunakan listrik. Pemanfaatan ini meningkatkan efisiensi kerja pabrik pengolahan tebu." (Republika) (Merdeka)
- 12 Agustus 2014
- "Tangkuhis, buku, kapul, manggis, dan tangaring telah langka di Kalimantan akibat konversi hutan menjadi kebun kelapa sawit. Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Barito Utara, Kalimantan Tengah, menginisiasi pembudidayaan untuk menjaga keberadaan tumbuhan tersebut. Budi daya dilakukan dengan cangkok, okulasi, dan biji, dan bibit yang dihasilkan dikelola oleh rakyat untuk memperkaya kawasan agrowisata yang telah berdiri di sana." (Antara) (Skala News)
- 11 Agustus 2014
- 10 Agustus 2014
- "Debat mengenai pelabelan makanan yang terbuat dari GMO kembali terbuka setelah beberapa perusahaan makanan besar bergabung dan menuntut negara bagian Vermont untuk mencabut peraturan mengenai pelabelan tersebut. Sementara 90 persen masyarakat mendukung pelabelan, namun hal tersebut dinilai justru akan menimbulkan ketakutan terhadap konsumen sehingga meningkatkan harga pangan. Sementara ini pengadilan masih mempertahankan peraturan pelabelan tersebut." (The Post Standard Syracuse) (Food Safety News) (Burlington Free Press)
- 9 Agustus 2014
- "Peru, Jepang, Brazil, dan negara lain di dunia mengincar potensi ekspor ke Rusia menyusul larangan impor yang dilakukan Rusia terhadap negara-negara yang memberikannya sanksi. Peru ditargetkan menjadi pensuplai boga bahari, sedangkan kedelai akan digantikan Jepang, dan Brazil akan memasok daging sapi. Rusia tetap menggunakan alasan kesehatan dan keamanan pangan dalam menerapkan larangan impornya dari Amerika Serikat, meski diyakini hal ini merupakan balasan atas sanksi yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Rusia." (Ria Novosti) (Ria Novosti) (ITAR-TASS)
- 8 Agustus 2014
- "Rusia mulai melakukan larangan impor produk pangan yang lebih luas dan kini mencakup seluruh negara yang memberlakukan sanksi kepada Rusia. Larangan impor ini memukul sektor pertanian di negara eksportir. Di sisi lain, hal ini memunculkan kesempatan baru bagi negara yang tidak memberikan sanksi kepada Rusia untuk menjadi penyuplai baru, seperti Brazil dan Selandia Baru. Perdana Menteri Rusia juga menyatakan larangan impor ini memberi peluang bagi petani dalam negeri untuk mengembangkan produksinya." (Republika) (VOA Indonesia)
- 7 Agustus 2014
- 6 Agustus 2014
- "Negara bagian Virginia sedang memanfaatkan agrowisata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal. Pemerintah setempat meluncurkan peta lokasi di mana wisatawan dapat mengunjungi pasar petani lokal, menyelenggarakan kegiatan di lahan usaha tani (pernikahan dan acara keluarga lainnya), hingga sajian "farm-to-table". Berbagai fasilitas pengolahan hasil pertanian, mulai dari penyulingan sari buah hingga gudang pertanian disulap menjadi tepat kunjungan wisatawan. Satu perkebunan yang mempekerjakan 14 orang khusus untuk sektor ini telah menghasilkan keuntungan mencapai satu juta dollar per tahun." (Komo News) (Canada.com)
- 5 Agustus 2014
- "Unggas, kedelai, daging sapi, beras, dan buah-buahan dari berbagai perusahaan pertanian Amerika Serikat akan dilarang masuk ke Rusia dan akan meminta negara lain seperti Iran untuk menjadi penyuplai komoditas tersebut. Larangan impor komoditas pertanian dan peternakan lainnya diperkirakan akan meluas. Sebelum diberlakukan sanksi, Rusia mengimpor berbagai produk pertanian dan peternakan dari Amerika Serikat dengan nilai hingga 1.3 miliar USD." (Republika) (Reuters)
- 4 Agustus 2014
Apel, komoditas
ekspor utama
Polandia
- "Rusia melarang impor segala bentuk dan jenis buah dan sayuran dari Polandia. Larangan ini beriringan dengan berbagai sanksi yang diterapkan Uni Eropa terhadap Rusia, namun pemerintah Rusia menyatakan bahwa larangan ini bukan balas dendam melainkan masalah keamanan pangan. Pemerintah Rusia menyatakan bahwa buah dan sayuran yang diimpor dari Polandia mengandung pestisida dengan kadar yang tinggi." (Digital Journal) (Business Week)
- 3 Agustus 2014
- "Menteri Pertanian Australia menyatakan tidak akan menjadi "mangkuk pangan" bagi Asia. Australia akan menghindari mengekspor bahan pangan umum, yang mampu diproduksi petani Asia, ke benua tersebut demi meningkatkan kesejahteraan petani Asia. Australia hanya akan mengekspor produk premium dan dipasarkan kepada kalangan tertentu saja. Ia sempat menyinggung kesejahteraan peternak Indonesia karena keberadaan daging sapi asal Australia di Indonesia." (SBS) (The Australian)
- 2 Agustus 2014
- "Di tengah krisis Ebola yang terjadi di Afrika, perdagangan daging semak masih terjadi dan mencapai ke Eropa. Daging semak (bush meat) yaitu daging hewan buruan yang didapatkan dari berbagai jenis hewan yang hidup di semak belukar dan hutan Afrika, jenisnya dapat bervariasi dari kelelawar hingga kera. Perdagangan daging semak diperkirakan menjadi sebab utama penyebaran virus ebola." (Daily Mail) (Telegraph.co.uk)
- 1 Agustus 2014
- "Jutaan Velella velella, hydrozoan yang hidup di lautan pasifik, terdampar dan mati di pantai barat Amerika Serikat, menyebabkan pantai berwarna ungu berkilau dan mengeluarkan bau tidak sedap. Hewan ini hidup mengambang di permukaan air dan bergerak seiring dengan arah angin. Terdamparnya hewan ini di pantai umum terjadi, namun tidak sebanyak kasus tersebut. Penyebab kematian belum diketahui secara pasti, namun perubahan iklim diperkirakan menjadi penyebab utama." (Antara) (The Guardian)