Pengepungan Konstantinopel (674–678)
konflik utama dari Peperangan Arab–Bizantium / From Wikipedia, the free encyclopedia
Pengepungan Konstantinopel oleh bangsa Arab untuk pertama kalinya, yang berlangsung mulai tahun 674 sampai tahun 678, adalah salah satu konflik besar dalam Perang Arab-Romawi Timur, dan merupakan puncak pertama dari usaha perluasaan wilayah yang dilancarkan terhadap Kekaisaran Romawi Timur oleh Khilafah Bani Umayyah di bawah pimpinan Khalifah Muawiyah I. Khalifah Muawiyah I, yang naik takhta pada tahun 661 seusai Perang Saudara Kaum Muslim I, kembali memerangi Kekaisaran Romawi Timur selepas jeda beberapa tahun, dengan harapan dapat menaklukkan seluruh negara kekaisaran itu dengan cara merebut ibu kotanya, Konstantinopel.
| ||||||||||||||||||||||||||||||
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh penulis tawarikh Romawi Timur, Teofanis Sang Pengaku Iman, serangan-serangan bangsa Arab dilakukan secara seksama dan terencana. Selama kurun waktu 672–673, armada Arab mendirikan pangkalan-pangkalan di sepanjang pesisir Asia Kecil, kemudian memasang blokade yang tidak begitu ketat di sekitar Konstantinopel. Bangsa Arab menjadikan Semenanjung Kizikos yang tidak begitu jauh letaknya dari Konstantinopel sebagai pangkalan selama musim dingin, dan kembali menyerang benteng kota Konstantinopel pada musim semi. Kekaisaran Romawi Timur, di bawah pimpinan Kaisar Konstantinus IV, akhirnya berjaya menghancurkan armada Arab dengan senjata temuan baru berupa zat pembakar cair yang dikenal dengan sebutan Api Yunani. Kekaisaran Romawi Timur juga berhasil mengalahkan pasukan darat Arab di Asia Kecil, sehingga bangsa Arab terpaksa menghentikan pengepungan. Kemenangan Kekaisaran Romawi Timur sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup negara itu, karena ancaman bangsa Arab sirna untuk sementara waktu. Sebuah perjanjian damai ditandangani tak lama kemudian, dan setelah pecahnya Perang Saudara Kaum Muslim II, Kekaisaran Romawi Timur bahkan mampu mendesak mundur Khilafah Bani Umayyah.
Peristiwa pengepungan ini terabadikan dalam legenda-legenda Dunia Islam yang baru muncul, tetapi dicampuradukkan dengan riwayat-riwayat penyerbuan lain atas Konstantinopel, yang dilakukan beberapa tahun sebelumnya, di bawah pimpinan Khalifah Yazid I. Akibatnya, kebenaran riwayat Teofanis digugat pada tahun 2010 oleh peneliti Oxford, James Howard-Johnston, yang lebih mengutamakan sumber-sumber berbahasa Arab dan Suryani. Sumber-sumber tersebut tidak meriwayatkan apa-apa tentang peristiwa pengepungan ini, tetapi meriwayatkan rangkaian aksi militer, dan hanya beberapa riwayat yang berlanjut sampai ke Konstantinopel. Di lain pihak, kabar mengenai pengepungan dan perjanjian damai yang disepakati sesudahnya bahkan tersiar sampai ke Tiongkok, sehingga kelak termaktub pula dalam catatan-catatan sejarah Dinasti Tang.